Senin, 07 Desember 2009

daftar definisi istilah filsafat

Istilah Teknis Kant

akal (reason): dalam Kritik pertama, fakultas tertinggi subyek insani, sehingga semua fakultas lainnya sub-ordinat. Akal mengabstrakkan sepenuhnya kondisi sensibilitas dan mempunyai forma arsitektonik yang siap-pakai. Kritik kedua (yang mengambil sudut pandang praktis) memeriksa forma hasrat kita dalam rangka menyusun suatu sistem yang didasarkan pada fakultas akal. Fungsi utama akal adalah praktis; walau penafsir-penafsir sering memandang bahwa yang primer adalah fungsi teoretis, Kant memandang yang terakhir ini sub-ordinat.

aposteriori (a posteriori): cara memperoleh pengetahuan dengan memanfaatkan suatu (atau beberapa) pengalaman khusus. Kant menggunakan metode ini untuk membuktikan kebenaran* empiris dan hipotetis. (bandingkan apriori)

apriori (a priori): cara memperoleh pengetahuan tanpa memanfaatkan suatu (atau beberapa) pengalaman khusus. Kant menggunakan metode ini untuk membuktikan kebenaran* transsendental dan logis. (bandingkan aposteriori)

argumen transendental (trascendental argument): metode istimewa Kant dalam pembuktian dengan mengacu pada posibilitas pengalaman; ini menyatakan bahwa sesuatu (contohnya, kategori) pasti benar karena jika itu tidak benar, maka pengalaman itu sendiri menjadi mustahil.

empiris (empirical): salah satu dari empat perspektif utama Kant, yang bertujuan memantapkan jenis pengetahuan yang sintetik dan sekaligus aposteriori. Kebanyakan pengetahuan yang kita peroleh melalui pengalaman sehari-hari, atau melalui ilmu*, adalah empiris. “Meja itu coklat” merupakan pernyataan yang khas empiris. (bandingkan transendental)

estetik (aesthetic): berkenaan dengan persepsi-indera. Dalam Kritik pertama Kant, kata ini mengacu pada ruang dan waktu sebagai syarat-perlu persepsi-indera. Setengah bagian pertama dari Kritiknya yang ketiga memeriksa kebermaksudan subyektif persepsi kita tentang obyek yang indah atau agung dalam rangka menyusun sistem penimbangan estetik. Contohnya, ia mendefinisikan keindahan* dengan menggunakan empat prinsip dasar: universalitas subyektif, kegirangan nirkepentingan, kebermaksudan nirmaksud, dan kegirangan niscaya. (bandingkan teleologis)

fenomena/fenomenal (phenomena/phenomenal): [1] obyek pengetahuan, dipandang secara empiris, dalam keadaan bisa diketahui sepenuhnya—yaitu terkondisi oleh ruang dan waktu dan kategori. [2] Alam yang berisi obyek semacam itu. Lihat juga penampakan. (bandingkan nomena/nomenal)

hipotetis (hypothetical): salah satu dari empat perspektif utama Kant, yang dimaksudkan untuk memantapkan pengetahuan yang analitik dan sekaligus aposteriori—walau Kant sendiri secara salah mengenalinya sebagai sintetik dan apriori. Kebanyakan ide metafisis dipandang dengan tepat dari perspektif ini, menggantikan perspektif spekulatif metafisika tradisional. (bandingkan logis)

ideologi (ideology): ide atau sistem* ide yang diperlakukan sebagai mitos kehidupan dan acapkali sering dipaksakan pada orang lain yang mungkin tidak menerima kebenarannya.

Kritis (Critical): metode filosofis* Kant, yang memperbedakan antara perspektif-perspektif dan kemudian menggunakan pembedaan semacam ini untuk menengahi ketegangan yang tak tercairkan. Pendekatan Kritis terutama tidak negatif, tetapi upaya untuk melerai perselisihan dengan menunjukkan bagaimana kedua pihak mempunyai ukuran kesahihan [masing-masing], segera sesudah dipahaminya perspektif mereka dengan tepat. Sistem filsafat Kritis Kant memeriksa struktur dan keterbatasan akal itu sendiri, dengan tujuan menyiapkan pondasi yang aman bagi metafisika.

material (material): aspek pasif atau obyektif sesuatu—yakni aspek yang didasarkan pada pengalaman yang dimiliki oleh subyek, atau pada obyek yang terdapat pada pengalaman semacam ini. (bandingkan formal)

metafisika (metaphysics): aspek tertinggi filsafat*, yang berusaha memperoleh pengetahuan tentang ide. Karena perspektif spekulatif tradisional gagal dalam tugas ini, Kant menyarankan perspektif baru yang hipotetis untuk metafisika. Metafisika bisa berhasil hanya bila didahului dengan Kritik. Lihat juga metafisika*.

nomena/nomenal (noumena/noumenal): [1] obyek yang dipandang sebagai memiliki realitas transenden. [2] Alam yang mengandung obyek semacam itu. (bandingkan fenomena/fenomenal)

rasional (rational): berdasarkan fakultas akal, tidak berdasarkan sensibilitas.

revolusi Copernican (Copernican revolution): [1] dalam astronomi, teori bahwa bumi berputar mengelilingi matahari; [2] dalam filsafat*, teori (yang sejalan dengan itu) bahwa subyek pengetahuan tidak diam di tempat, tetapi berputar mengelilingi (yakni secara aktif menentukan aspek-aspek tertentu dari) obyek. Dengan demikian, karakteristik formal dunia empiris (yaitu ruang dan waktu dan kategori) itu ada hanya karena benak subyek meletakkannya di situ, secara transendental.

ruang dan waktu (space and time): bila dipertimbangkan dari perspektif empiris, keduanya merupakan konteks tempat interaksi antarobyek di luar diri kita; bila dipertimbangkan dari perspektif transendental, keduanya murni, sehingga eksis di dalam diri kita sebagai kondisi pengetahuan. (bandingkan kategori)

sintesis (synthesis): perpaduan dua representasi yang berlawanan menjadi satu representasi baru, dengan pandangan menuju penyusunan tingkat realitas obyek yang baru. Filsafat* sebagai Kritik lebih banyak menerapkan sintesis daripada analisis. Tentang cara kerja sintesis di Kritik pertama, lihat imajinasi. (bandingkan analisis)

sintetik (synthetic): pernyataan atau berita pengetahuan yang kebenarannya diketahui dalam hubungannya dengan beberapa intuisi. “Kucing itu berada di atas tikar” merupakan proposisi* yang khas sintetik. (bandingkan analitik)

teleologis (teleological): berkenaan dengan maksud atau tujuan. Setengah bagian kedua dari Kritik ketiga memeriksa kebermaksudan obyektif dalam persepsi kita tentang organisme alam dalam rangka menyusun sistem penimbangan teleologis. (bandingkan estetik)

teoretis (theoretical): salah satu dari tiga sudut pandang utama Kant, yang terutama berkaitan dengan kognisi—yaitu apa yang kita ketahui, yang berlawanan dengan apa yang kita rasakan atau kita inginkan. Akal teoretis berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan kita tentang dunia (dunia yang hendak dipahami oleh ilmu*). Mencari sumber pengetahuan semacam itu merupakan tugas Kritik pertama, yang sebaiknya berjudul Critique of Pure Theoretical Reason. (bandingkan praktis dan yudisial)

transenden (trascendent): alam pikiran yang terletak di luar tapal batas pengetahuan nirmustahil, karena berisi obyek yang tidak bisa tersaji kepada kita dalam intuisi—yaitu obyek yang tidak bisa kita alami dengan indera kita (kadang-kadang disebut nomena). Hal maksimal yang bisa kita lakukan untuk mendekati pengetahuan tentang alam transenden adalah memikirkannya dengan menggunakan ide-ide. Lawan kata dari “transenden” adalah “immanen”.

transendental (trascendental): salah satu dari empat perspektif utama Kant, yang bertujuan memantapkan jenis pengetahuan yang sintetik dan sekaligus apriori. Ini merupakan tipe istimewa pengetahuan filsosofis, yang berkenaan dengan syarat-perlu bagi posibilitas pengalaman. Akan tetapi, Kant yakin bahwa semua subyek yang mengetahui [sudah] mengasumsikan kebenaran* transendental tertentu, entah menyadarinya entah tidak. Pengetahuan transendental menetapkan tapal batas antara pengetahuan empiris dan spekulasi tentang alam transenden. “Setiap peristiwa mempunyai sebab” merupakan proposisi* khas transendental. (bandingkan empiris)







Minggu, 06 Desember 2009

BATAS TANPA BATAS

1. BATAS TANPA BATAS

Pada jaman kehidupan Abunawas ada sebuah cerita singkat :

Raja :

“Wahai para menteri dan penasehat kerajaan,saya punya pertanyaan kepada kalian semua”

Para menteri dan penasehat kerajaan :

“Ada apa wahai baginda raja”

Raja :

“Begini ada sebuah pertanyaan yang sampai saat ini masih mengganjal dihati saya,,dapatkah kalian mengetahui sejauh mana Tuhan menciptakan batas cakrawala didunia ini”?

Tidak ada salah satu dari para menteri dan penasehat kerajaan yang bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Lalu salaah seorang dari penasehat raja yang mengusulkan agar memanggil Abunawas untuk menjawab pertanyaan baginda raja tersebut. Tidak lama kemudian datanglah Abunawas menghadap Raja.

Abunawas :

“Ada apa wahai baginda Raja memanggilku kemari”?

Raja :

“Begini Abunawas, ada sebuah pertanyaan yang sampai saat ini masih mengganjal dihati saya”

Abunawas :

“Apa itu baginda Raja”?

Raja :

“Pertanyaan adalah sejauh mana Tuhan menciptakan batas cakrawala didunia ini”?

Abunawas :

“Itu sejauh mana pikiran kita mampu menembus cakrawala itu Raja, karena Tuhan menciptakan pikiran kita ada batasnya dan sangat tidak mungkin pikiran kita bisa mengukur sesuatu yang tak terbatas Raja”

Raja :

“Baiklah kalau begitu, terima kasih Abunawas”.

Dari cerita singkat tentang Abunawas diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa pikiran manusia adalah memiliki batas. Bahkan sebuah bilangan yang dinyatakan tak berhingga banyaknya juga tetap memiliki batas yaitu dibatas pikiran kita masing-masing. Oleh karena itu tidak ada didunia ini yang tidak terbatas kecuali kekuasaan Tuhan yang Maha sempurna.

ELEGI PEMBERONTAKAN PARA NORMATIF

1. PEMBERONTAKAN PARA NORMATIF

ELEGI PEMBERONTAKAN PARA NORMATIF

Normatif 1 :

Berani benar formal 1 menantangku perang, dia pikir dia siapa, kekuatannya hanya sebanding dengan ujung kukuku saja.

Normatif 2 :

Wahai kawanku normatif 1, para formal belum menyadari kalau hidup dan nasib mereka ada di tangan kita.

Normatif 3 :

Mereka terlalu sombong, mereka pikir kekuatan mereka sebanding dengan apa yang kita miliki. Padahal yang mengatur mereka semua adalah kita.

Normatif adil :

Wahai kawanku normatif 1,2 dan 3, aku sama sekali tidak sependapat dengan kalian, aku ingin hidup damai didunia ini dengan siapapun termasuk dengan para formal.

Formal 1 :

Sepertinya normatif 1 benar-benar marah padaku, mungkin dia ingin membinasakan aku dari dunia ini.

Formal 2 :

Aku tahu mereka ingin bales dendam kepada kita, makanya mereka marah dan geram seperti itu.

Formal 3 :

Lalu apa yang harus kita lakukan??

Ditengah kebimbangan dan ketakutan para formal muncullah formal penengah

Formal penengah :

Wahai kawanku, formal 1,2 dan 3 kalian semua tidak perlu takut karena kita semua juga memiliki kekuatan dan senjata yang sama seperti apa yang mereka punya. Tapi itu tidak akan kita lakukan karena itu hanya akan membawa penderitaan bagi kita sendiri dan mereka juga.

Para formal :

Lalu apa yang harus kita lakukan ??

Formal penengah :

Ada banyak cara.....

Para formal :

Apa itu ??

Formal penengah :

Kita bisa melakukan dialog dengan mereka, melakukan perundingan, membuat sebuah kesepakatan, sehingga kita bisa hidup berdampingan dengan mereka dan tidak saling merugikan satu sama lain.

Para normatif :

Wahai para formal, sudah siapkah kalian untuk berperang melawan kami??

Para formal :

Wahai para normatif,,Aku tidak mau menerima tantangan kalian...

Para normatif :

Hahaha.....kalian memang penakut,, makanya jangan pernah sekali-kali mencari gara-gara dengan kami!!!!!

Para formal :

Kami tidak pernah mncari gara-gara dengan kalian,,bagaimana kalau masalah ini kita selesaikan dengan cara baik-baik saja agar diantara kita tidak ada yang saling merugikan.

Para normatif :

Lalu apa tujuan kalia melakukan pemberontakan dulu??

Para formal :

Aku hanya ingin diperlakukan adil dihadapan kalian,,,

Para normatif :

Adil dalam hal apa maksud kamu???

Para formal :

Adil dalam segala hal, sebagaimana kewajibanmu sebagai seorang normatif...

Para normatif :

Oooo.... jadi itu maksud kamu,, baiklah aku akan menuruti permintaan kalian,, aku akan berlaku adil sebagaimana kewajibanku sebagai seorang normatif..

Para formal :

Terima kasih wahai normatif.....

Pada akhir perbincangan dan perdebatan antara para formal dan para normatif datanglah orang tua berambut putih yang menghampiri keduannya.

Orang tua berambut putih :

Wahai para normatif dan para formal, sesungguhnya hal seperti ini tidak akan terjadi kalau kalian bisa melaksanakan kewajiban kalian sebagaimana mestinya sesuai dengan tugas masing-masing. Oleh karena itu, pandai-pandailah kalian dalam menjalankan kewajiban kalian serta pertimbangkanlah segala sesuatu dalam mengambil sebuah keputusan sehingga tidak ada satupun diantara kalian yang merasa dirugikan.

MATEMATIKA MENGANYAM DUNIA

1. MATEMATIKA MENGANYAM DUNIA

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Para matematikawan mencari pola dan dimensi-dimensi kuantitatif lainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang, ilmu pengetahuan alam, komputer, abstraksi imajiner, atau entitas-entitas lainnya. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filsafat matematika. Para matematikawan merumuskan konjektur dan kebenaran baru melalui deduksi yang menyeluruh dari beberapa aksioma dan definisi yang dipilih dan saling bersesuaian

(http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika)

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem-sistem yang bersifat untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan maslah.Sehubungan dengan hal di atas Hudoyo (1988:3) menyatakan matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik yang menggunakan pembuktian deduktif.

(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/proses-belajar-matematika-dan-hakekat-matematika/)

Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakekat matematika. Hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur. Sedang Soedjadi (1985:13) berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.

Berdasarkan uraian di atas, agar supaya simbol itu berarti maka kita harus memahami ide yang terkandung di dalam simbol tersebut. Karena itu, hal terpenting adalah bahwa ide harus dipahami sebelum ide itu sendiri disimbolkan. Misalnya simbol (x, y) merupakan pasangan simbol “x” dan “y” yang masih kosong dari arti. Apabila konsep tersebut dipakai dalam geometri analitik bidang, dapat diartikan sebagai kordinat titik, contohnya A(1,2), B(6,9), titik A (1,2) titik A terletak pada perpotongan garis X = 1 dan y = 2 titik B( 6, 9) artinya titik B terletak pada perpotongan garis X = 6 dan y = 9. Hubungan–hubungan dengan simbol-simbol dan kemudian mengaplikasikan konsep-konsep yang dihasilkan kesituasi yang nyata.

KAITANNYA DENGAN MATEMATIKA MENGANYAM DUNIA

Banyak orang yang mengatakan bahwa matematika lebih tepat dianggap sebagai sebuah alat. Matematika dalam hal sebagai alat adalah matematika mampu sebagai sarana dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ada juga yang berpendapat bahwa matematika adalah sebuah seni dari ilmu bilangan.

Pada saat ini, perkembangan matematika mulai dari sejak abad yunani sampai saat ini yaitu jaman post-post modern mengalami perkembangan yang sangat pesat. Revolusi matematika sangat cepat seiring dengan temuan-temuan baru dibidangnya. Matematika bisa dijadikan sebagai sebiah pondasi bagi ilmu-ilmu lainnya. Ilmu fisika membutuhkan bilangan untuk menghitung dan menyelesaikan sebuah permasalahan, ilmu kedokteran dan farmasi menjadikan matematika untuk menghitung takaran dosis obat yang tepat dan masih banyak lagi yang lainnya yang menunjukkan bahwa matematika sebagai pondasi dari bidang ilmu lainnya.

Tingkat prestasi matematika dalam suatu negara menjadi sebuah tolak ukur dari perkembangan tingkat pendidikan dinegara tersebut. Oleh karena itu matematika bisa dikatakan menganyam dunia karena keberadaannya sangat berpengaruh didunia. Manfaat matematika sangat banyak, sama halnya dengan sebuah anyaman yang terbuat dari bambu yang dapat digunakan untuk keperluan apapun (multifungsi).

SEHAT DAN SAKITNYA BAHASA

1. SEHAT DAN SAKITNYA BAHASA

Tugas utama filsafat adalah menganalisa konsep-konsep. Dan karena konsep tersebut diungkapkan dengan sebuah bahasa maka analisis tersebut tentunya berkaitan dengan makna bahasa yang digunakan dalam konsep tersebut. Hubungan antara bahasa dan filsafat memang sangat erat. Sebagai contoh, masalah-masalah filsafat yang menayangkut kebenaran, keadilan, kebaikan, pertanyaan, hakekat yang ada (metafisika) dan pertanyaan fundamental lainnya dapat dijelaskan dengan metode analisis bahasa.

Perhatian para filsuf terhadap bahasa semakin besar, karena mereka sadar bahwa dalam kenyataannya banyak persoalan-persoalan filsafat, konsep-konsep filosofis akan menjadi jelas dengan analisis bahasa.

Secara keseluruhan filsafat bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua pengertian yaitu :

1. Perhatian filsuf bahasa dalam menganalisis, memecahkan dan menjelaskan problema-problema dan konsep-konsep filosofis.

2. Perhatian filsuf terhadap bahasa sebagai objek materi yaitu membahas dan mencari hakikat bahasa yang pada gilirannya menjadi paradigma dari perkembangan teori-teori linguistik (Kaelen, 1985: 5).

Berdasarkan dua definisi diatas, maka betapa pentingnya peranan bahasa dalam memecahkan dan menjelaskan konsep-konsep filosofis serta menjadi paradigma dalam perkembangan teori-teori lingustik.

KAPAN SUATU BAHASA SEHAT DAN SAKIT

Dalam filsafat suatu bahasa dikatakan sehat jika bahasa tersebut mampu melaksanakan tugasnya sebagai mana mestinya. Tugas yang dimaksud disini adalah sesuai dengan definisi diatas. Ketika bahasa mampu menganalisis, memecahkan dan menjelaskan problem-problema dan konsep-konsep filosofis serta dalam perkembangannya menjdai paradigma bagi teori-teori linguistik. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa dikatakan sehat jika dalam penggunaannya sesuai dengan kaedah ketatabahasaan yang berlaku dan bahasa digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang baik kepada orang lain, bahasa mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana dalam berkomunikasi.

Dalam filsafat suatu bahasa dikatakan sakit jika bahasa tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsinya, dalam hal in adalah tidak sesuai dengan definisi diatas. Dan dalam kehidupan sehari-hari bahasa juga dikatakan sakit jika dalam penggunaannya tidak sesuai dengan kaedah ketatabahasaan yang berlaku, dugunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang negatif dan tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi.

Reference :

Kaelen, M.S. 1998. Filsafat Bahasa. Yogyakarta : Paradigma

Wijaya Joko. 1996. Filsafat Bahasa Biasa dan Tokohnya. Yogyakarta : Liberty.

BENAR ATAU SALAH YANG TERTINGGI ATAU YANG TERENDAH

FILSAFAT ILMU

Buyung darmaji

Nim : 09709251016

1. BENAR ATAU SALAH YANG TERTINGGI ATAU YANG TERENDAH

Pengertian benar menurut etika adalah ketika kita melakukan hal-hal yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dan sebaliknya dikatakan salah jika kita melakukan sesuatu tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. http://novancute.blogspot.com/2009/04/baik-vs-buruk-dan-benar-vs-salah.html

Benar dan salah bersifat relatif dalam filsafat,”benar menurut ilmu hitung belum tentu benar menurut ilmu politik, benar menurut logika belum tentu benar menurut dialektika, benar menurut saya belum tentu benar menurut orang lain. Secara objektif "benar" di dunia hanya satu. Tidak ada benar yang bertentangan, Apabila ada dua hal yang bertentangan, mungkin salah satunya yang benar atau kedua-duanyalah dan bisa jadi yang benar belum disebut dalam pertentangan itu. Peraturan didunia ini dibuat oleh manusia dan bersumber dari olah pikir manusia sehingga kebenaran yang dibuat melalui sebuah akal pikiran maka “benar” akan bersifat relatif.Dalam filsafat benar dan salah juga tergantung pada ruang dan waktu, karena semuanya terikat oleh ruang dan waktu. Sekarang saya katakan 1+1 = 2 adalah benar (menurut ilmu hitung) tetapi ketika saya berhadapan dengan orang lain maka 1 + 1 belum tentu sama dengan 2 karena terjadi dalam situasi dan ruang yang berbeda.

Begitu juga halnya dengan “salah” dalam filsafat juga bersifat relatif. Karena sesuatu dikatakan “salah” didunia jika tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dan peraturan yang berlaku itu pula dibuat berdasarkan akal-pikir manusia yang tidak berlaku universal hanya terbatas pada satub tempat tertentu.

Oleh karena itu untuk mencapai sesuatu yang “benar” yang objektif yaitu kebenaran yang bersifat tunggal dan pasti dan kebenaran yang seperti ini didasarkan pada peraturan yang dibuat oleh Tuhan yang disampaikan melalui kitab suci agama dan keyakinan masing-masing.